Wahyu Kliyu

Wahyu kliyu adalah upacara adat selamatan berupa sedekah apem. Apem
yang diselenggarakan oleh masyarakat Dusun Kendhal, desa Jatipuro
setahun sekali pada bulan Muharam (Sura) tepatnya pada malam bulan
purnama tanggal 15 Sura istilah wahyu kliyu berasal dari bahasa arab
“Yaqaqu, yaqayum” yang artinya “Yang member kekuatan”. Ada yang
mengartikan bahwa Wahyu Kliyu adalah “Wahyu Kehidupan”.
Dari pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa wahyu kliyu adalah suatu upacara
adat yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kendhal untuk memohon ridho
Allah agar masyarakat Dusun Kendhal dan sekitarnya selalu mendapat
anugerah dari Tuhan Yang Maha esa, diberi kekuatan lahir batin,
dijauhkan dari segala bencana serta mala petaka. Yang menarik pada
pelaksanaan upacara Wahyu kliyu ini, bahwa dalam selamatan tidak
menggunakan nasi tumpeng seperti lazimnya beserta lauk pauk, namun
selamatannya berupa “apem” yaitu semacam kue yang dibuat dari bahan
tepung beras. Apem berbentuk bulat tersebut mengandung makna sebagai
lambing pengayoman, peneduh dan penyejuk. Tiap kepala somah menyajikan
apem sejumlah 344 buah. Setelah selesai rangkaian acara do’a, apem
dibagi lagi kepada seluruh warga.
Dalam penyelenggaraan selamatan tersebut ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga masyarakat, yaitu :
1. Setiap Kepala somah harus mengikuti upacara, jika berhalangan hadir harus ada wakilnya.
2. Peserta adalah laki-laki dan sudah dewasa, tidak boleh diwakilkan kepada anak kecil atau perempuan
3. Tempat apem (jawa:tompo atau bakul) harus bersih
4. Pada waktu membawa bakul berisi apem, harus disunggi diatas kepala atau dipundak, tidak boleh dijinjing.
5. Masing-masing peserta melempar atau menabur apem karena yang sudah ditentukan (digamparkan tikar yang diatasnya diberi alas daun pisang yang utuh dengan posisi tengkurap) yang didahului dengan pembacaan do’a dan mengucap Basmalah
6. Setiap lemparan satu apem dengan diikuti ucapan Wahyu Kliyu
7. Setiap 5 menit lemparan dihentikan sebentar untuk mengatur atau menata apem yang jatuhnya diluar arena, dan untuk menertibkan barisan peserta. Kemudian dilanjutkan lagi dengan ucapan Basmallah dan ucapan Wahyu Kliyu, Wahyu Kliyu dan seterusnya sampai apem dalam tompo/bakul habis.
8. Dalam melempar apem tidak boleh bersendau gurau dan atau berkata kotor dan jorok
9. Selesai pelemparan apem. Lalu apem ditutup dengn daun pisang selanjutnya diikrarkan dan diakhiri do’a oleh tokoh agama islam.
10. Do’a yang dibaca adalah do’a memohon keselamatan dan do’a Assura
Selesai berdo’a, kue apem tersebut dibagi-bagikan kepada peserta untuk dibawa pulang dan sebagian diberikan kepada pengunjung yang menghadiri upacara.